Foto: The Residence Jl. Bangka VIII no. 9A
Author: Dyah Sunthy Satiti Wikan (Writer & Reporter - Laras Magazine)INTRO. Mengekspos semen memungkinkan desain hadir dalam beragam alternatif bercita rasa tinggi yang memanfaatkan warna semen dan variasi tekstur.
Dunia desain interior dan arsitektur tidak pernah terlepas dari idiom warna dan tekstur. Melalui kedua aspek tersebut, desainer atau arsitek berimajinasi dengan kreatif untuk memberikan kualitas desain yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan kenyamanan pengguna ruang.
IMPRESI. Kenyamanan pengguna ruang tidak hanya secara fisik melalui ruang dengan bentuk fisiknya, tetapi juga kenyamanan rasa yang muncul dari kesesuaian impresi desain dengan karakter pengguna ruang. Inilah bentuk interaksi intens antara bidang-bidang fisik ruang dan kegiatan pengguna ruang, sehingga warna dan tekstur menjadi bagian penting dalam desain yang selalu dipengaruhi oleh tren dan cita rasa.
Dahulu ekspos semen berkesan murah, tidak artistik, dan seakan belum selesai dibangun. Perubahan sudut pandang yang mempengaruhitren membawa sebuah kosakata baru dalam pemanfaatan semen dalam desain. Mengekspos semen bahkan berkesan unik, artistik, natural, dan sophisticated. Kreatifitas para desainer mengolah ekspos material ini berhasil merubah paradigma semen hanya sebagai bahan bangunan untuk kekuatan struktur bangunan.
Desain arsitektur atau interior yang memanfaatkan semen untuk diekspos memberikan kenyamanan pada biaya konstruksi. Membiarkan dinding semen tanpa sapuan cat atau material finishing lainnya berarti penghematan dana yang cukup signifikan. Penampilan permukaan semen yang netral menjadikan material ini cukup fleksibel diaplikasikan dalam beragam gaya desain. Memutuskan mengekspos semen menjadi keputusan bijak dengen kenyamanan yang optimal.
WARNA. Di pasaran terdapat semen dengan beragam warna. Jenis semen inilah yang biasanya digunakan untuk nat (isian) antar keramik. Sementara, istilah semen secara awam lebih mengarah pada semen portland yang butirannya berwarna abu-abu. Perbedaan warna yang mungkin muncul dalam aplikasi semen dipengaruhi oleh seberapa banyak kadar campurannya, semisal pasir dan air. Oleh karena itu, warna bukan indikasi kekuatan dari material semen.
Keunikan material semen ketika mengering adalah warnanya yang tidak merata. Warna dominan abu-abu menjadikan material ini tidak menyulitkan penggunaan warna tertentu dari furnitur atau pengisi ruang. Desain interior memanfaatkan warna semen untuk memberikan dinamika dalam atmosfer ruang. Ruang tidak dibiarkan terasa kosong, steril, dan membosankan, tetapi memiliki sentuhan kehidupan yang menjadikan ruang terasa lebih manusiawi dan lebih mendekati persepsi akan kenyamanan.
Sementara arsitektur memanfaatkan karakter warna ini untuk berinteraksi dengan warna-warna alam di lingkungan sekitar. Sebuah usaha untuk menciptakan nuansa keselarasan antara bangunan dan lingkungan sekitar. Kesan awal yang seakan bersifat industrial dan raw (mentah) berubah sejalan dengan waktu, ketika berinteraksi dengan iklim dan cuaca. Karakter warna semen pun menguat, elegan, dan lebih bercerita.
TEKSTUR. Selain warna, semen mampu menghasilkan beragam tekstur dari ekspresi tekstur yang sederhana tetapi unik hingga tekstur artistik dengan cita rasa yang tinggi. Masa ketika dinding di-aci agar menghasilkan permukaan yang halus dan rapi sudah tidak mutlak dilakukan. Saat ini dinding kasar sebelum di haluskan menjadi referensi untuk menghadirkan tekstur kasar tersebut sebagai hasil akhir. Dari sini tercipta beragam tekstur semen dengan memanfaatkan alat-alat praktis di sekeliling kita.
Eksplorasi desainer dan arsitek pada aplikasi tekstur dari semen ini memberikan kontribusi besar bagi kosakata desain. Tekstur bergaris-garis, goresan tak teratur, melingkar-lingkar, dan masih banyak lagi ekspresi tekstur yang bisa dibentuk dari semen. Tidak hanya berhenti pada penggunaan kuas, patahan triplek, sisir, atau tangan, tetapi beragam teknik aplikasi semen pada dinding berhasil menambah alternatif tekstur. Untuk desain yang lebih natural, desainer bahkan memanfaatkan daun, batu, atau telapak kaki untuk menguatkan nuansa tersebut.
Semua itu membutuhkan kreatifitas, keberanian, dan citarasa yang tinggi untuk memilih ekspresi warna dan tekstur yang proporsional dalam komposisi desain kompleks. Aplikasi tekstur semen ini juga tidak terbatas pada dinding saja, tetapi lantai, langit-langit, dan jalan setapak juga menjadi media yang memungkinkan untuk menghadirkan tekstur semen yang unik dan berkarakter.
Pemilihan material pendamping ekspos warna dan tekstur semen ini tentu saja memiliki peranan penting dalam keberhasilan desainer memberikan desain yang mendekati kenyamanan pengguna. Kenyamanan secara fisik, visual, dan rasa. Sementara itu tidak membutuhkan bidang yang luas untuk mendapatkan efek yang signifikan dari warna dan tekstur semen. sebagai aksentuasi, semen juga bisa menjadi fokus visual. Dalam hal ini perencanaan secara detail, komprehensif, dan proporsional diperlukan agar semen yang ditampilkan bisa memberikan impresi yang optimal dan well designed pada arsitektur atau interior. Dengan kreatifitas dan citarasa yang tinggi, mencari tektur semen yang baru sungguh tidak terbatas. (SUN)