Keterbatasan memicu kreativitas terbukti bukan sebuah slogan kosong. Setidaknya demikianlah yang terjadi ketika dua arsitek muda ini menyikapi keterbatasan lahan di rumah tinggal mereka.
Tiga garis sempadan bangunan yang memotong area tanahnya hanya menyisakan sedikit luasan yang boleh dibangun. Kondisi ini membuat sepasang arsitek muda (yang juga sebagai pemilik hunian), menggagas overlapping space untuk pengaturan ruang dalam hunian mereka. Konsep ruang yang tumpang-tindih ini diterapkan sejak awal, di ruang tamu berukuran sekitar 4 X 4 meter persegi.
Sekilas tampak biasa saja, seperti kebanyakan ruang tamu lainnya. Perangkat ruangnya modern dan simpel, tipikal hunian keluarga muda masa kini. Kejutan mulai terasa ketika salah satu laci dibuka, dan dari dalamnya muncul meja lipat.
Hanya dengan sedikit menggeser posisi kursi, ruang tamu pun berubah menjadi ruang makan. Tidak cukup sampai di situ, ternyata panel-panel kayu di dinding pun bisa digeser. Ketika dibuka, tampaklah kitchen set yang semula tersembunyi rapi di dalamnya.
Masih tercengang-cengang dengan “metamorfosa” ruang yang baru saja berlangsung di depan mata, suguhan kejutan lain muncul di koridor kecil yang menghubungkan ruang “three in one” tadi dengan satu-satunya kamar tidur di rumah ini.
Salah satu sisi koridor ini dipenuhi dinding built in. Permukaannya tampak polos tanpa handle, menyamarkan deretan pintu yang dengan rapi menyembunyikan berbagai hal. Mulai dari gudang kecil tempat menyimpan berbagai benda seperti kasur lipat hingga kamar mandi.
Anehnya di ujung ruang ini--di mana terdapat kamar tidur, yang merupakan area sangat privat--malah tidak berpintu. Bagaimana sebuah area sekhusus ini bisa dibiarkan terbuka begitu saja?
Ternyata inilah kejutan lainnya--yang boleh dikatakan klimaks dari kebertumpang-tindihan ruang yang terjadi di dalam bangunan. Panel terakhir di ujung lorong ternyata sekaligus berfungsi sebagai pintu kamar. Apabila panel tadi dibuka, maka teputuslah aliran visual dan sirkulasi ke dalam area kamar.
Selanjutnya apabila kasur lipat yang semula tersembunyi di balik panel ini digelar, maka berubahlah lorong tersebut menjadi kamar pembantu yang cukup nyaman, lengkap dengan kamar mandi di ujung satunya. Sebuah penyiasatan ruang yang unik, sekaligus cerdas!
Area koridor ini boleh dikatakan sebagai inti sirkulasi di dalam bangunan. Karena selain merupakan satu-satunya akses yang menghubungkan wilayah publik dan privat, dalam rencana pengembangan ke depan, di sinilah nantinya akan diletakkan tangga utama yang menghubungkan seluruh level dalam bangunan.
Terakhir adalah area kamar tidur yang sekaligus berfungsi sebagai ruang tempat bercengkerama keluarga kecil ini. Di salah satu sudutnya terdapat meja kerja kecil, dindingnya dipenuhi susunan buku. Di sisi lain terlihat mainan anak, dan berbagai pernak-pernik yang tertata rapi, membuat ruang ini terkesan padat namun tetap leluasa dan menyenangkan untuk dihuni.
Area kamar berakhir di sebidang lahan sisa yang diolah menjadi taman. Ruang mungil terbuka yang merupakan area paling privat untuk keluarga ini. Di sini mereka biasa berkumpul bersama sang putra kecil. Mengisi waktu bersama di sela-sela masa tumbuh kembangnya, sambil menunggu pengembangan rumah tumbuh ini menjadi sempurna.